boss vs sekretaris

Blus putih satinnya samar menjiplak renda hitam behanya. Kontras dengan bening kulit mulusnya. Kulihat sekilas gundukan padat yang rasanya pas dengan lebar tapak tanganku.

“Mina, kau suka kerja sama saya?”

Dia mengangguk. Kureguk aroma tubuhnya. Begitu dekat. Ingin kulumat bibirnya .

“Mina…” Darahku menghangat. Jantungku memacu. Semua menuju titik vitalku.”Kita ke hotel? Mau?”

Matanya binar bulat.

Oh, aku tak tahan lagi. “Mina, aku punya banyak uang. Kau mau apa saja, bisa kubelikan. Kau cantik sekali. Aku memujamu. Aku milikmu, sayang.”

Dia tampak ragu, tak mau aku hilang kesempatan. “Mina, apapun kau mau, pasti kuberikan. Katakan saja, pasti kubayari”

“Kuingin operasi kelamin agar jadi wanita seutuhnya, Pak.”

10 tahun bersama

Tenggirinya kurang fresh, jangan, nanti Mas Dade alergi. Udangnya kecil-kecil, takutnya Mas Dade nggak puas. Aduh, tepungnya warnanya butek, kuatir Mas Dade kecewa. Dia kan suka ngomel kalau makan siomay. Mana nih yang jual kulit pangsit? Kok belum nongol? Gawat! Bisa kacau kejutan anniversary 10 tahun kami!

Sudahlah! belanja saja, nanti kumasak dengan penuh cinta, mungkin bakalan enak jadinya.

Mas, ini siomay kenangan waktu jadian di bawah pohon jambu 10 tahun lalu.

Ya ampun Ti! tiap tahun kamu jejelin aku SIOMAY? 10 tahun Ti! 10 tahun! Aku TIDAK SUKA siomay.

Kenapa baru bilang?

Karena sudah 10 TAHUN kamu tidak peduli bertanya.

nama penuh makna

“Ma? Sudah ketemu namanya?”

“Eh, Mas Heru, Bapak mana?”

“Di ruang tamu.”

“Sebaiknya Bapak istirahat saja, Mas, kan baru pulang dari RS.”

“Iya, tapi Bapak ingin nengok cucunya dulu.”

Aku mengerti perasaan Bapak.

“Nia! mana cucu perempuanku?”

Bapak tampak masih menahan sakit. Berjalan pun sedikit tertatih.

Bapak memandang bayiku. Bahagia.

“Sudah dapat namanya, Nia? Bapak tahu, kalian ingin nama yang mencerminkan ikatan cinta kalian, tapi Bapak juga ingin, namanya mengingatkan sosok kakeknya ini.”

Aku tersenyum. “Sudah dapat kok. Nama yang bermakna cinta kita Mas, dan juga akan mengingatkan sosok Bapak.”

Mereka berbinar-binar. Tak sabar.

“Namanya HERNIA”

Bayiku tiba-tiba menangis. Bapak limbung.