Blus putih satinnya samar menjiplak renda hitam behanya. Kontras dengan bening kulit mulusnya. Kulihat sekilas gundukan padat yang rasanya pas dengan lebar tapak tanganku.
“Mina, kau suka kerja sama saya?”
Dia mengangguk. Kureguk aroma tubuhnya. Begitu dekat. Ingin kulumat bibirnya .
“Mina…” Darahku menghangat. Jantungku memacu. Semua menuju titik vitalku.”Kita ke hotel? Mau?”
Matanya binar bulat.
Oh, aku tak tahan lagi. “Mina, aku punya banyak uang. Kau mau apa saja, bisa kubelikan. Kau cantik sekali. Aku memujamu. Aku milikmu, sayang.”
Dia tampak ragu, tak mau aku hilang kesempatan. “Mina, apapun kau mau, pasti kuberikan. Katakan saja, pasti kubayari”
“Kuingin operasi kelamin agar jadi wanita seutuhnya, Pak.”